Jumat, 12 Februari 2016

Rio, Bocah Malang Dengan Segudang Kebanggaan

Hari ini beberapa media dan beberapa teman sedang ramai memposting nasib Rio Haryanto yang sedang tidak berdaya menyalirkan bakat luar biasanya berlaga di ajang bergnegsi F1. Saya rasa semua juga sudah tahu kalau pahlawan lintasan balap Indonesia gagal berkat tidak adanya dukungan dana yang yang memang tidak murah. Menpora selaku wadah yang mengayomi atlet akhirnya tidak bisa berbuat banyak setelah anggaran yang tiajukan ditolak oleh DPR. 

Pelajaran yang bisa diambil adalah DPR tidak pernah mengenal sebuah prestasi dan kualitas. Sekarang kita berpikir apa sih prestasi DPR? Tahun lalu saja hanya sanggup menyelesaikan UU jauh dari target awal. Coba beri tahu saya, apa sih prestasi DPR? Belum pernah saya lihat. Bandingkan dengan bocah malang jago balap ini. Rio pemuda yang tidak difavoritkan menjadi juara, sanggup menggoncang dunia dengan podium yang dia raih di GP yang dia ikuti. Saya lupa di race mana saja dia juara tanpa ada bendera Indonesia dan juga tidak ada lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang sampai rio bernyanyi seorang diri hanya untuk memberi tahu dunia bahwa INDONESIA BISA. Rio berhasil menampar keras panitia dan media bahwa anak bawang juga bisa naik podium dan menjadi salah satu favorit untuk berlaga di ajang F1. 

Sebuah kisah pilu seorang pahlawan yang mengharumkan Indonesia harus mengubur mimpinya untuk terus membawa nama Indonesia ke kancah yang lebih bergengsi dan mulai memperbaiki harga diri bangsa ini yang kurang baik di mata dunia. Haruskah mimpi untuk membuktikan INDONESIA BISA harus terkubur di bawah lembaga wakil rakyat yang tidak berestasi itu? Saya hanya bisa berdoa semoga mimpimu terwujud suatu hari kelak. Satu hal yang perlu dicatat adalah pengharapan akan selalu ada untuk orang yang berkualitas, masih ada Tuhan. Indonesia tetap bangga padamu walau "hanya" berprestasi di ajang selevel di bawah F1. Doa bangsa ini menyertaimu nak, dirimu mengajari kami untuk bermimpi dan berusaha mewujudkannya, mentalmu membuktikan bahwa bangaa ini tidak lemah, bangsa ini bisa bersaing dengan bangsa di dunia, bangsa ini masih layak diperhitungkan dan diperjuangkan, sayang seribu sayang, kenapa harus ada DPR yang hanya bisa merusak indahnya bangaa ini? 

Sebuah kisah yang membuat saya menangis sedih dan sekaligus bangga. Diusiamu yang masih sangat muda ini, kau telah menginsiprasi kami semua tanpa terkecuali generasi yang lebih tua darimu ini. Engkau figur yang benar layak mendapat gelar pahlawan olah raga walau masih seusia jagung. Mimpimu masih terlalu mahal bagi mereka yang tidak dapat ceperan dana dari anggaran yang tidak dicairkan itu. 

Pelajaran kedua adalah F1 yang selama ini kita banggakan tak lebih hanya sebuah even yang komersial tanpa ampun. Lu ada duit join, kagak ada out. Mungkin istilah itu yang cocok untuk menggambarkan F1 sekarang ini. Mungkin ini adalah hobi yang diperuntukkan hanya khusus orang kaya, orang miskin minggir saja, cukup menjadi penonton saja. Ya kesan itu yang saya dapatkan lewat kasus rio hariyanto yang membuat pilu. Jadi lebih baik saya memutuskan untuk tidak menonton lagi F1 karena hanya membuat orang kaya makin kaya dengan hobinya dan membuat orang miskin menjadi penonton abadi. 

Pelajaran ketiga adalah Nasionalisme sworang bocah malang akan menampar dengan keras generasi muda bangsa ini yang tidak hafal pancasila dan lagu Indonesia Raya. Keteladan rio harusnya menampar keras generasi alay yang cuman hobi selfie dan merusak taman bunga, menampar keras generasi muda yang hanya hobi tawuran, menampar keras generasi muda tanpa mimpi. Kisah hidup rio harusnya menginspirasi generasi muda untuk punya mimpi, punya visi, punya rasa nasionalisme yang begitu dahsyat. Rio sempat ditawari menjadi warga negara lain saya bisa berlaga di F1, tapi dengan tegas ditolak dan tetap memilih mengabdikan dan mungkin saja mengubur mimpinya bersama arogannya DPR. Tetap rio dengan bangga membalikkan bendera polandia mwnjadi merah dan putih sebagai bendera Indonesia dan tetap bernyanyi dengan lantang lagu kebangsaan Indonesia walau tanpa harus dengan musik karena pelecehan panitia yang ada. Nasionalisme inilah sebenarnya yang membuat kau layak disebut pahlawan olah raga walau akhirnya gagal oleh mereka yang katanya mewakilimu di senayan. Tapi biarlah, engkau menginspirasi dan biarlah kisahmu menjadi catatan sejarah bangsa ini yang kelam di bawah kuasa DPR. 

Sebuah kisah pilu dari seorang bocah malang. 
Salam meraih mimpi dan nasionalisme untuk Allah dan untuk Indonesia,

Laskar Banyuwangi 

Tidak ada komentar: