Senin, 27 Juli 2015

Jangan Halangi Kedaulatan Tuhan dengan Cara Manusiawi

Kemarin malam ada kunjungan 2 anak panitia camp pelajar beberapa waktu lalu di tempat kerja. Banyak hal kita sharekan, obrolkan, dan bahas. Hhmm ya mungkin hanya sekitar 1-2 jam saja, tapi saya rasa waktu berkualitas untuk saya menanamkan sebuah nilai tanpa melalui sebuah acara formal keagamaan atau apalah namanya. Mulai dari pengalaman pribadi, kegerakan di banyuwangi yang lagi mulai banyak aliran yang masuk, sampai hal kebangsaan menjadi menu "makan" malam. Dan yang pasti saya begitu menikmati hal ini daripada harus membuat suatu acara formal yang terus menerus. 

Ada beberapa poin penting yang menjadi perenungan saya semalam hasil dari share dengan anak-anak tersebut. Beberapa poin yang sepertinya tidak nyambung menjadi satu topik. Tapi ini menarik menurut saya.

Pertama adalah kesaksian tentang dia yang mengusir setan dalam nama Yesus kepada beberapa temannya, bukan hanya 1 orang, tapi banyak. Seorang anak smp dari sebuah gereja lokal di banyuwangi selatan yang tidak saya duga sudah melakukan hal seperti itu. Hal ini menggenapi banget dalam janji Allah di dalam injil markus 16:17 tentamg tanda-tanda orang percaya yang mengusir setan demi nama Yesus. Dan hal ini membuktikan bahwa janji Allah bukan milik pendeta, gembala sidang, senior, orang yang dewasa, atau apalah itu. Tapi lewat seorang anak smp yang percaya Yesus adalah Tuhan, dia  bisa mengusir setan dengan mudahnya. Bagi banyak orang mungkin hal ini adalah hal biasa dan memang hal yang biasa terjadi, tapi saya batu tahu bahwa anak smp bisa melakukannya, dan saya rasa ini luar biasa. Tuhan tidak membatasi umur seseorang untuk Dia pakai melakukan pekerjaanNya, hanya satu syarat saja, tidak lebih percaya Dia dan otomatis tanda-tanda ini akan menyertainya. Hal ini semakin membuat saya yakin bahwa kegerakan orang percaya akan tergenapi, tanpa melihat status, golongan, dan perbebdaan lainnya, cuman 1 syarat, yaitu orang percaya kepada Allah yang hidup.


Kedua adalah mulai banyaknya aliran kristen yang masuk ke banyuwangi dengan berbagai kegerakannya masing-masing yang malah membuat tidak sedikit gereja lokal menutup diri. Jujur saja saya juga bingung kenapa masalah ini menjadi seperti ini, tapi saya merasa ada beberapa hal penyebabnya baik dari si pembawa kegerakan maupun gereja lokalnya sendiri.

Dari sisi pembawa kegerakan saya melihat metode, cara, dan doktrin yang diajarkan bertolak belakang dengan beberapa gereja lokal. Contoh, pembawa kegerakan adalah yang namanya disebut aliran karismatik, maka banyak dari aliran lain kurang setuju dengan hal-hal yang menjadi sebuah kebiasaan di sana seperti berbahasa roh. Contoh lain lagi masalah doktrin baru yang saya sendiri bingung dari mana asalnya, seperti aliran yang harus menggunakan bahasa ibrani dalam menyebut nama Allah. Ya hal-hal seperti itu yang akhirnya membuat kegerakan itu tidak akan tahan lama, satu-satunya cara membuat kegerakan itu menarik adalah dengan mengatas namakan Kehendak ALLAH. Bukannya saya anti, cuman agak risih aja kalau itu menjadi doktrin dan menyalahkan aliran lain yg menyebut Allah dengan bahasa lain. (Saya tidak akan bahas detail tentang hal ini, karena bukan ini poin utama dalam bahasan kali ini). 

Dari sisi gereja lokal yang saya tahu dari beberapa gembala sidang adalah kekuatiran anak-anak mereka tersesat dengan mengikuti acara di luar gerejanya, sinodenya, ataupun link dari rekan mereka yang sudah dikenal. Hal yang manusiawi sih sebagai pemimpin suatu organisasi, dan itu tidak salah juga. Di jaman akhir memang akan muncul banyak nabi palsu, guru palsu, rasul palsu, gembala palsu, dan penginjil palsu, dan itu tidak bisa dipungkiri, dan bahkan muncul aliran yang mengaku dirinya adalah tuhan. Ya memang itu kondisi yang tidak bisa ditentang, dan itu pasti terjadi. Faktor kedua adalah dikarenakan aliran gereja tersebut sangat Inklusif dan menganggap bahwa alirannya paling benar. Ya ini yang susah dan mending tidak usah dibahas karena akan buang-buang enerji saya untuk mengetik. Faktor ketiga adalah terlalu berbelit-belitnya aturan, birokrasi, dan struktur dari gereja lokal, sehingga kegerakan akan banyak berhenti karena hal ini. Masalah ijin yang ribet, harus temui si a, si b, harus ada surat resmi dari sipenyelenggara dengan ada payung hukum di dalamnya (gereja lokal atau organisasi lainnya). Dan setelah terpenuhi, juga tidak akan membuat perbedaan. Hasilnya sama, undangan suatu kegerakan hanya sebatas pengumuman dan kadang malah tidak dianggap sama sekali. Dan itu terjadi.! Dan yang membuat ironis adalah ada juga yang selalu menyesatkan setiap kegerakan yang ada, bahkan yang sudah sekala nasional dan internasional. Dan itu juga terjadi.!

Ada sebuah jarak pemisah antara ke dua belah pihak. Hal ini juga pernah terjadi di jaman para rasul, dan hal ini sangat manusiawi sekali. Dalam 1 korintus 3 dikisahkan bahwa terjadi perpecahan, ada yang mengatakan golongan paulus dan golongam apolos. Tapi mereka lupa bahwa keduanya sama disebut hamba Allah, memberitakan Tuhan yang sama, dan Tuhan sendiri yang memberi pertumbuhan.
Pada saat kita fokus kepada Tuhan, maka cara, perbedaan, dan hal-hal yang bersifat agamais bukan lagi menjadi pengahalang lagi.


Salam laskar Banyuwangi

Tidak ada komentar: