Rabu, 19 Februari 2014

Dosahkah Golput dimata Hukum dan Tuhan?

Seingat saya,....... hmmm saya belum sekalipun menggunakan hak suara saya sekalipun. Keputusan ini saya ambil bukan tanpa alasan, tapi banyak alasan mengapa saya tidak pernah menggunakan hak saya memilih sama sekali. Banyak alasan dan bagi saya itu adalah hal yang sangat rasional dan sangat pantas.

Alasan pertama adalah dari pengalaman saya semenjak masa sekolah di bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah. Dalam pelajaran ppkn selalu tiangkat bagaimana hubungan antara pancasila, uud45, dan kehidupan masyarat Indonesia secara umum yang di mana saya rasa tidak perlu diungkapkan secara detail, karena saya yakin semua rakyat yang pernah duduk di bangku sekolah tahu dan paham. Sewaktu kecil, yang ada dalam bayangan saya sungguh indahnya kehidupan di negara ini dengan kebhinekaannya dan pancasilanya. Yah, suatu teori ideal bagi kehidupan masyarakat yang sangat majemuk di negara ini. Pada waktu kecil sering saya mendapat candaan dengan sebutan Cino... cino.. cino kamu, ya namanya anak kecil yang belum tahu kejamnya kehidupan sih, saya anggap hal itu adalah suatu yang fun aja, yah semacam bercandalah ya. Dan dengan entengnya, kadang saya membalas dengan jowo.. jowo... jowo kamu.. 

Seiring berjalannya waktu di smp saya juga berpikir dalam kapasitas anak smp tentang hal ini. Sampai suatu saat orang tua saya berkata kepada temannya seperti ini "kita ini minoritas, jadi pilih saja golkar yang netral. Pdi komunis dan ppp adalah partai islam". Tanpa saya sadari perkataan itu melekat dan tidak pernah lupa sampai hari ini. Sempat saya berpikir bahwa apa yang dikatan itu benar, karena bukti dan contoh yang saya dapatkan setalah saya banyak berbicara dengan orang yang jauh lebih dewasa dengan saya waktu itu. Mengapa pdi komunis? Karena di daerah saya, anggota pdi pada waktu itu didominasi para preman, dan itu sama dengan komunis pada masa orde lama dan disingkirkan orde baru. Ppp sudah jelas yah, jadi ga perlu saya paparkan lebih detail. Dari hal ini saya percaya bahwa golkar adalah partai yang netral, sampai pada saat munculnya almarhum gus dur muncul sebagai presiden RI yang katanya penuh kontroversi(lupakan gusdur, karena bukan kapasitas saya untuk membahas tokoh hebat 1 ini). Dari sini saya sadar bahwa golkar yang katanya netral adalah suatu omong kosong belaka. Kalau memang golkar netral mengapa kebudayaan minoritas dilarang? Mengapa belajar bahasa minoritas dilarang? Mengapa rasis demikian kuatnya? Mengapa 32 tahun masa jaya golkar tidak pernah ada perjuangan melawan hal itu? Yah, memang karena itu omong kosong belaka.!! 

Alasan kedua adalah tidak pernah mendapat pendidikan politik baik secara formal maupun informal. Jujur saja, saya mengeri politik dan perkembangannya belum lama. Yang pasti belum lebih dari 5 tahun belakangan ini dengan bekal apatis pada pemerintahan dan partai politik yang busuk dan hancur. Input yang sangat baik dari kecil dengan indahnya pelajaran ppkn ternyata bertolak belakang dengan fakta yang ada. Media selalu penuh prestasi busuk dari dunia pemerintahan dan politik, jadi sebagai warga yang tidak tahu apa-apa tentang politik, saya tumbuh menjadi seperti ini. Menjadi sosok yang selalu golput dan anti parpol. 

Alasan ke tiga adalah asas pemilu yang katanya bebas, umum, dan rahasia ternyata pada hakekatnya adalah bohong belaka. Mengapa? Keluarga saya memang adalah golongan minoritas dan anehnya setiap pemilu, hampir semua orang tahu apa yang keluarga saya pilih padahal tidak pernah cerita ke siapa-siapa. Itu baru keluarga saya saja, keluarga minoritas yang lain bagaimana? Apa ini namanya rahasia?. Dan kaum minoritas selalu diidentikkan dengan golkar yang notabene ada unsur intimidasi dari partai penguasa yang dimana dengan minoritas gabung pdi akan menuju kepada penghakiman komunis. Apa ini bebas? Ya, saya simpulkan adalah asas itu omong kosong. Jadi untuk apa memilih kalau rahasia dan kebebasan kita tidak pernah dimerdekakan? 

Alasan ke empat adalah tidak adanya tokoh dan parpol yang bisa dipercaya. Kalau hal ini tidak perlu dibahas rinci, dan saya yakin seyakin-yakinnya pasti semua rakyat insonesia tahu akan hal ini. Berapa banyak janji-janji manis yang ditepati pada saat sudah menjabat? 

Alasan kelima adalah saya bukan orang yang suka menjilat ludah sendiri dan munafik. Mengapa? Sederhana saja logikanya. Pada saat anda memilih baik presiden dan parlemen, pada dasarnya itu sangat baik. Tapi kemudian setelah menjabat, ternyata bajingan juga mereka, dan anda mengumpat dan bahkab mendemo akan hancurnya kinerja mereka bahkan menyuarakan untuk mundur. Apakah hal itu tidak menjilat ludah sendiri dan munafik? Kalau emang pilihan anda penjahat ya rasakan saja, toh pada nyatanya suara rakyat kecil tidak pernah didengar bukan, apalagi minoritas kecil?

Dari kelima alasan ini saya pernah berkata tidak akan pernah ikut pemilu sampai kapanpun, kalaupun  dipaksa datangm tetap akan saya coblos semua atau kosong, dan saya tidak peduli dengan ancaman hukuman pidana pada golput. Kalau memang golput dosa dan dihukum, bagaimana dengan tikus-tikus, bajingan-bajingan, orang-orang brengsek, koruptor, mafia-mafia di dalam pemeritahan itu? Kalau memang golput dosa, bagaimana dengan mereka? Sudah butakah hukum dan keadilan di bangsa ini?

Dan akhir-akhir ini perkataan saya tentang golput seumur hidup mulai goyah dengan munculnya tokoh-tokoh pengubah bangsa ini seperti, jokowi, ahok, risma, dan juga dahlan iskan. Saya melihat bagaimana kinerja mereka yang begitu luar biasa bagi kota dan organisasi di mana mereka berada. Mestipun sudah muncul 4 tokoh hebat di sana, tetap masih membuat saya mengambil keputusan mutlak apa meningglkan golput atau tetap. Cuman sedikit perubahan muncul, saya akan lepas dari golput bila ke empat nama di atas bisa menjadi calon presiden asal tidak diusung parpol demokrat, golkar, dan pks. Mengapa ke3 partai itu masih tetap membuat golput? Ya lihat saja berita sejak jaman orba sampai sekarang, saya rasa orang cerdas akan tahu hal ini. 

Ya, bagi saya sekarang yang sudah tidak absolut golput adalah munculnya ke 4 nama yang saya sebut di atas sebagai calon presiden tidak perduli dari parpol mana, kecuali ke 3 parpol yang sudah saya sebut. Bukannya menjelekkan atau membela suatu parpol, bagaimanapun sampai sekarang saya masih anti parpol. Silahkan kalau mau menganggap ini sebagai pencemaran nama baik, saya tidak peduli, kapasitas saya hanya berkata sesuai berita yang ada di televisi saja. Kalau memang ini dianggap dosa, biar saya yang menanggumg dosanya di hadapan Tuhan saya. Kapasitas saya sebagai kaum minoritas kecil bangsa Indonesia hanya bisa berkata demi Allah dan demi Indonesia. 

God bless Indonesia 
With love, 

Oss

Kamis, 13 Februari 2014

Krisis Pupuk, Kaitannya Dengan Impor Beras dan Korupsi yang Berakibat Pada Matinya Petani

Sekitar 1-2 bulan ini, saya mengamati beberapa kios resmi penjual pupuk yang langsung diserbu pada saat pupuk tiba. Kondisi yang tidak lazim pada jaman orde baru. Beberapa kios dikerubungi seperti orang sedang berdemo. Dan lebih mirisnya lagi adalah sekarang waktunya musim menanam yang sedang terjadi di kampung saya. 

Saya akan flash back semasa saya kecil yang di mana saya juga tinggal di kampung ini. Semasa saya kecil, tidak pernah kios pupuk kesulitan untuk mendapatkan pupuk dari diatributor resmi dari petrokimia dan juga sejenisnya. Beberapa kios malah masih bisa menyimpan stok untuk keperluan sewaktu-waktu bika petani atau siapapun yang membutuhkan untuk membelinya. Petani mudah mendapatkan pupuk, hasil panen melimpah dan Indonesia sebagai negara yang swasembada pangan tentunya. Ya, sejarah mencatat Indonesia pernah menjadi negara swasembada pangan, yang di mana dengan kata lain kita tidak butuh negara lain cuman untuk masalah makanan. Mestipun jangka panjangnya sangat buruk bagi pertanian di Indonesia. Ya setidaknya ada prestasi bagus yang sedikit membuat ibu pertiwi kagum. 

Sekarang? 
Hhmmm.. hampir 1 mingguan ini saya berpikir tentang fenomena yang terjadi tengang "demo" di kios pupuk. Saya melihat sih memang jumlah kios pupuk meningkat, tapi jumlah lahan pertanian berkurang loh. Di beberapa titik memang lahan pertanian sudah beralih fungsi menjadi rumah, toko, dan bangunan lainnya yang dimana bisa mengurangi kuantitas pangan nasional. Secara kasat mata lahan pertanian berkurang, tp anehnya jumlah pupuk semakin langka dan susah didapat. Ada apa gerangan? Mengapa seperti ini? Apa karena produsen pupuk mengurangi jumlah produksinya? Saya rasa ga mungkin bila dilihat dari sisi bisnis dan investasinya.

Suatu kasus sederhana, tapi sedikit mengganggu pemandangan mata dan juga mengusik hati dan otak saya untuk sedikit menulis masalah ini..
Sedikit mengingat acara prime time di metro tv beberapa hari lalu dengan narasumber rizal ramli dengan penjelasan caruk maruknya dunia padi dan pemerintahan. Ya mungkin inikah jawaban dari kelangkaan pupuk yang terjadi selama ini di daerah saya dan mungkin juga di daerah lainnya. Atau mungkin pupuk bisa jadi dialirkan ke dunia industri perkebunan sawit yang di mana sangat merajarela? Ya itu mungkin saja terjadi bukan?

Ok, lupakan saja dunia perkebunan dulu, kita bahas apa yang di sampaikan rizal ramli dalam acara di metro tv tersebut.

  1. Indonesia surplus padi di atas 1 juta ton setiap tahunnya bila di rata-rata, surplus kok impor?. Satu masalah yang sangat janggal bagi saya sebagai pelaku bisnis ya walupun bukan sekala besar dengan omzet milliaran rupiah. Bagi saya itu aneh dan pasti ada ketidak beresan di sini, mungkin ada indikasi korupsi, kesalahan komunikasi, atau sop yang ga jelas. Ya ketiga hal tersebut sangat mungkin terjadi demekian.
  2. Setiap impor beras selalu ada korupsi dengan nominal yang tidak sedikit, kata bang rizal di acara tersebut (nominal saya lupa berapa rupiah, cuman bang rizal jelas sebutin). Kalau memang seorang rizal ramli menyebutkan data dari bps dan juga korupsi dengan terang-terangan, maka seharunsnya ditindak lanjuti dengan benar oleh oihak yang berwenang. Bukankah kalau memang bang rizal salah bisa di masukkan ke proses hukum dengan pencemaran nama baik dan yang lainnya? Kalau tidak diproses, maka kejanggalan lagi yang muncul. Apa karena pihak yang terkait pura-pura tidak tau? Apa mungkin pihaknya terlibat? Atau juga pihaknya belum diatur oleh sutradaranya mengarah ke sana? Ya semua bisa terjadi bukan? 
  3. Dari alasan di atas, saya menarik satu lagi yang sangat berkaitan erat dengan ini. Yaitu, ada indikasi untuk membunuh petani dengan hasil panen yang buruk, surplus bisa jadi minus, impor semakin besar, dan korupsi semakin besar pula. Semua berawal dari dipersulitnya pupuk yang mempunyai peran penting selain juga kualitas bibit yang ada. Saya bukan sarjana pertanian ataupun ahli pertanian, tapi secara logika saya sebagai masyawakat awam seperti itu, pupuk dan bibit menjadi bagian penting dalam kualaitas hasil panen. 
Dari ketiga alasan di atas, saya rasa kpk dan semua pihak terkait mulai curiga dan menyelidiki kasus yang ada, sebagaimana demi kemakmuran masyarakat petani yang seharusnya juga menjadi salah satu pilar pendapatan negara dan membuat negara sejahtera. Atau mungkin para pejabat dan wakil rakyat di sana tidak pernah berpikir sampai tidak tahu masalah kecil seperti ini? Atau memang semua menjadi satu paket dalam kerjasama untuk membunuh masyarakat yang notabene menjadi senjata paling ampuh membuat negara ini makin terpuruk? 
Mari cek hati masing-masing, masihkah ada nasionalisme dan rasa cinta akan bangsamu dalam hatimu? Tanpa itu perjuanganmu akan sia-sia. 

Oss..