Kamis, 13 Februari 2014

Krisis Pupuk, Kaitannya Dengan Impor Beras dan Korupsi yang Berakibat Pada Matinya Petani

Sekitar 1-2 bulan ini, saya mengamati beberapa kios resmi penjual pupuk yang langsung diserbu pada saat pupuk tiba. Kondisi yang tidak lazim pada jaman orde baru. Beberapa kios dikerubungi seperti orang sedang berdemo. Dan lebih mirisnya lagi adalah sekarang waktunya musim menanam yang sedang terjadi di kampung saya. 

Saya akan flash back semasa saya kecil yang di mana saya juga tinggal di kampung ini. Semasa saya kecil, tidak pernah kios pupuk kesulitan untuk mendapatkan pupuk dari diatributor resmi dari petrokimia dan juga sejenisnya. Beberapa kios malah masih bisa menyimpan stok untuk keperluan sewaktu-waktu bika petani atau siapapun yang membutuhkan untuk membelinya. Petani mudah mendapatkan pupuk, hasil panen melimpah dan Indonesia sebagai negara yang swasembada pangan tentunya. Ya, sejarah mencatat Indonesia pernah menjadi negara swasembada pangan, yang di mana dengan kata lain kita tidak butuh negara lain cuman untuk masalah makanan. Mestipun jangka panjangnya sangat buruk bagi pertanian di Indonesia. Ya setidaknya ada prestasi bagus yang sedikit membuat ibu pertiwi kagum. 

Sekarang? 
Hhmmm.. hampir 1 mingguan ini saya berpikir tentang fenomena yang terjadi tengang "demo" di kios pupuk. Saya melihat sih memang jumlah kios pupuk meningkat, tapi jumlah lahan pertanian berkurang loh. Di beberapa titik memang lahan pertanian sudah beralih fungsi menjadi rumah, toko, dan bangunan lainnya yang dimana bisa mengurangi kuantitas pangan nasional. Secara kasat mata lahan pertanian berkurang, tp anehnya jumlah pupuk semakin langka dan susah didapat. Ada apa gerangan? Mengapa seperti ini? Apa karena produsen pupuk mengurangi jumlah produksinya? Saya rasa ga mungkin bila dilihat dari sisi bisnis dan investasinya.

Suatu kasus sederhana, tapi sedikit mengganggu pemandangan mata dan juga mengusik hati dan otak saya untuk sedikit menulis masalah ini..
Sedikit mengingat acara prime time di metro tv beberapa hari lalu dengan narasumber rizal ramli dengan penjelasan caruk maruknya dunia padi dan pemerintahan. Ya mungkin inikah jawaban dari kelangkaan pupuk yang terjadi selama ini di daerah saya dan mungkin juga di daerah lainnya. Atau mungkin pupuk bisa jadi dialirkan ke dunia industri perkebunan sawit yang di mana sangat merajarela? Ya itu mungkin saja terjadi bukan?

Ok, lupakan saja dunia perkebunan dulu, kita bahas apa yang di sampaikan rizal ramli dalam acara di metro tv tersebut.

  1. Indonesia surplus padi di atas 1 juta ton setiap tahunnya bila di rata-rata, surplus kok impor?. Satu masalah yang sangat janggal bagi saya sebagai pelaku bisnis ya walupun bukan sekala besar dengan omzet milliaran rupiah. Bagi saya itu aneh dan pasti ada ketidak beresan di sini, mungkin ada indikasi korupsi, kesalahan komunikasi, atau sop yang ga jelas. Ya ketiga hal tersebut sangat mungkin terjadi demekian.
  2. Setiap impor beras selalu ada korupsi dengan nominal yang tidak sedikit, kata bang rizal di acara tersebut (nominal saya lupa berapa rupiah, cuman bang rizal jelas sebutin). Kalau memang seorang rizal ramli menyebutkan data dari bps dan juga korupsi dengan terang-terangan, maka seharunsnya ditindak lanjuti dengan benar oleh oihak yang berwenang. Bukankah kalau memang bang rizal salah bisa di masukkan ke proses hukum dengan pencemaran nama baik dan yang lainnya? Kalau tidak diproses, maka kejanggalan lagi yang muncul. Apa karena pihak yang terkait pura-pura tidak tau? Apa mungkin pihaknya terlibat? Atau juga pihaknya belum diatur oleh sutradaranya mengarah ke sana? Ya semua bisa terjadi bukan? 
  3. Dari alasan di atas, saya menarik satu lagi yang sangat berkaitan erat dengan ini. Yaitu, ada indikasi untuk membunuh petani dengan hasil panen yang buruk, surplus bisa jadi minus, impor semakin besar, dan korupsi semakin besar pula. Semua berawal dari dipersulitnya pupuk yang mempunyai peran penting selain juga kualitas bibit yang ada. Saya bukan sarjana pertanian ataupun ahli pertanian, tapi secara logika saya sebagai masyawakat awam seperti itu, pupuk dan bibit menjadi bagian penting dalam kualaitas hasil panen. 
Dari ketiga alasan di atas, saya rasa kpk dan semua pihak terkait mulai curiga dan menyelidiki kasus yang ada, sebagaimana demi kemakmuran masyarakat petani yang seharusnya juga menjadi salah satu pilar pendapatan negara dan membuat negara sejahtera. Atau mungkin para pejabat dan wakil rakyat di sana tidak pernah berpikir sampai tidak tahu masalah kecil seperti ini? Atau memang semua menjadi satu paket dalam kerjasama untuk membunuh masyarakat yang notabene menjadi senjata paling ampuh membuat negara ini makin terpuruk? 
Mari cek hati masing-masing, masihkah ada nasionalisme dan rasa cinta akan bangsamu dalam hatimu? Tanpa itu perjuanganmu akan sia-sia. 

Oss.. 

Tidak ada komentar: