Rabu, 15 Oktober 2014

Kebudayaan dan Iman Kristen

Kebudayaan bukanlah hal yang asing dan baru bagi kita sebagai orang kristen bukan? Ya, saya rasa juga begitu, bahkan sejak kita menginjakkan kaki di dunia pendidikan, kita sudah berada dibawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan tanpa disadari, disekeliling kita banyak juga hasil peninggalan budaya yang bernilai seni dan kekayaan yang seharusnya bagus bagi bangsa Indonesia. Banyuwangi bisa menjadi contoh bagus dalam hal ini, selain Bali. Baik peninggalan kerajaan Blambangan, seni tari, dan masih banyak lagi yang tersimpan di dalamnya, semua sudah menjadi satu dengan kehidupan bermasyarakat dan bahkan kekristenan. Masalahnya adalah salahkah kebudayaan menurut iman kristen? Lalu bagaimana respon kita terhadap kebudayaan sebagai wujud iman kristen?

Sebelum bahas hal itu coba kita lihat dalam alkitab bagaiman proses kebudayaan berjalan begitu baiknya tanpa ada perdebatan berarti di dalamnya. Saya tidak akan membuka banyak ayat karena ini hanya sebuah artikel sederhana saja, tapi saya akan bercerita saja menurut apa yang saya pahami. Ada hal yang unik dari proses munculnya budaya di alkitab. Pertama Tuhan memberi perintah begitu detailnya untuk membangun bait Allah, dan juga kapal Nuh. Di satu sisi Tuhan juga memberi perintah yang tidak begitu jelas, hanya sebatas buatlah mezbah sebagai peringatan akan Allah (kejadian 12:7; kejadian 35:1). Bukankah peninggalah kapal Nuh, bait Allah, dan mezbah merupakan hasil budaya bila sekarang masih ada? Bukankah bentuh mezbah yang ada sesuai dengan imajinasi tokoh pembuatnya pada masa itu? Ya itulah budaya yang saya pahami. Sebagai contoh lain adalah bagaimana seorang raja Daud menjadi musisi handal dengan permainan kecapinya. Bukankah kecapi juga merupakan hasil dari sebuah budaya ciptaan manusia? Dan yang uniknya adalah Tuhan tidak pernah memaksakan bahwa kekristenan hanya boleh bermain kecapi dan alat musik di jaman itu atau peninggalah bangsa israel semata. 

Tanpa kita sadari tata cara ibadah kristen sekarang adalah hasil dari sebuah budaya barat dengan alat-alat musiknya bukan? Coba bandingkan dengan tata cara tata ibadah kristen ortodok yang mengadopsi budaya timur tengah. Adakah yang salah dengan dua contoh budaya di atas dengan iman kita sebagai orang kristen? Saya rasa tidak ada yang salah selama Yesus sebagai pusat(kepala) tidak dihilangkan. Contoh menarik bisa kita lihat dari seorang Paulus dalam kitab Kisah Rasul 17:16-34, yang di mana kisah ini menceritakan perjalanan Paulus di Athena, Yunani yang di mana adalah pusat pemujaan dewa-dewa. Dan diceeitakan bahwa Paulus diundang dan berbicara di aeropagus. Di sana diceritakan bahwa Paulus berjalan-jalan di dalam kuil pemujaan dewa sampai ditemukan sebuah kalimat "kepada allah yang tidak dikenal". Paulus tidak akan pernah bisa menginjil dengan baik kalau tidak menemukan sebuah "jembatan" yang didapatnya dengan berkeliling di kuil-kuil pemujaan dewa-dewa tersebut. Dan uniknya Tuhan tidak mempermasalhkan hal itu, karena sebenarnya kebudayaan bukanlah penghalang untuk bertumbuhnya kekristenan, justru menjadi hal yang baik dalam memajukan kekristenan dengan jalan masuk kedalam kebudayaan yang ada. 

Hal ini justru terbalik dengan apa yang saya jumpai beberapa minggu lalu secara nyata. Anak pemuda saya di gereja lokal sekolah di banyuwangi kota dan tergabung dalam sebuah pelayanan di suatu kegerakan, sebut saja namanya x. Di dalam pelayanan tersebut, anak pemuda saya tidak boleh ikut pelayanan tersebut karena pernah ikut menari dalam tarian tradisional Banyuwangi. Mereka berdalih bahwa anak pemuda saya najis, tidak kudus dan apalah itu, karena bagi mereka tarian itu tarian perzinahan dan najis. Belum lagi saya pernah baca buku salah satu pendoa terkenal di Indonesia yang mengahramkan musik rock, karena dianggap musik pemujaan setan. Ada yang aneh bila kekristenan menetang suatu budaya setempat kalau mau masuk ke dalam sebuah kota, padahal lewat  budayalah gereja bisa dengan leluasa menyebarkan Injil Kristus seperti apa yang dilakukan Paulus di Anthena. 

Dari apa yang saya lihat dari dua kasus di atas, gereja begitu ketakutan akan munculnya budaya-budaya yang dijadikan pemujaan setan. Bukankah kita diberi kuasa untuk mengalahkan itu semua? Kenapa banyak kebudayaan dikuasai kuasa gelap? Karena tidak adanya anak-anak Allah yang mau masuk di sana dan memperagakan kuasa untuk mengalahkan kuasa gelap. 

JADI, KEBUDAYAAN MENJADI MILIK GELAP ATAU ALLAH TERGANTUNG SIAPA YANG ADA DI DALAMNYA, BUKAN KARENA BUDAYA GELAP DAN BUDAYA TERANG DIPISAHKAN DARI AWAL. 

God Bless Indonesia
Salam Laskar Banyuwangi

Tidak ada komentar: