Minggu, 12 Juli 2015

Kesia-sian Hidup adalah Kehidupan Tanpa Kasih

Sepertinya hari ini merupakan hari pertama saya melihat dengan mata sendiri bagaimana nuansa masyarakat di kampung saya yang "melekan" untuk menyambut sahur. Entah kenapa hari ini saya tidak bisa tidur, ya mungkin udara panas karena ac kamar lagi bermasalah. Atau mungkin ada sesuatu di hati ini yang tidak nyaman, tidak ada yang saya pikirkan hari ini, tapi entah kenapa bisa. Saya coba untuk memejamkan mata, saya paksa dan paksa, tetapi tidak bisa. Saya nyalakan "game" juga tidak bisa membuat mata dan hati ini tenang. 

Akhirnya jam 2 pagi saya putuskan untuk keluar dan menyalakan televisi dengan harapan bisa tertidur di kursi. Saya ganti-ganti acara dari televisi yang satu dan yang lain entah berapa kali putaran seperti itu tanpa ada yg jelas untuk ditonton. Kayak orang galau kali yah. Hahaha
Sambil menonton tv dengan tidak jelas, terdengar suara banyak orang di luar rumah dengan bercanda, ngobrol, dan suara motor menghiasi keheningan malam menjelang pagi di ruangan televisi. Hingga sekitar jam 3 saya melihat sebuah film lama yang berjudul "my name is khan". Sudah beberapa kali film ini saya tonton dan ya seperti itu kisahnya. Ada banyak nilai yang bisa dipelajari dari film ini, dan ada satu bagian yang selalu saya lewatkan, dan malam ini pesan itu begitu kuat di hati dan memaksa saya membuka blog supaya tidak lupa. 

Kisah di film ini saya tonton malam ini pada adegan si anak mandira si samir yang dianiaya teman-temannya hingga akhirnya meninggal. Disingkat cerita khan harus pergi dari rumah dan pergi ke suatu daerah di georgia dan bertemu dengan keluarga negro (maaf bukan bermaksud menghina atau rasis, tapi saya lupa namanya). Kisah mereka bertemu pada saat anak si ibu negro terjatuh dari sepeda dan si khan menolongnya dan mengantar pulang. Hingga terjadi banyak cerita dan terjadi hubungan yang dekat seperti sebuah keluarga yang menyenangkan. 

Hingga pada keesokan harinya, diadakan upacara peringatan untuk mengenang salah satu anak dari ibu negro dan beberapa penduduk di sana yang tewas dalam perang iraq. Singkat cerita, berceritalah khan tentang kematian samir dan terjadi sebuah cerita yang menyentuh sekali dan kekeluargaan yang sangat luar biasa di dalam sebuah gedung gereja  dengan kondisi si khan adalah seorang muslim. Suatu hubungan yang sangat mendalam hanya dengan pertemuan singkat yang membuat khan akhirnya kembali ke kota itu pada sata bencana melanda. Dan hubungan kekeluargan itu yang membuat suatu perubahan dan 1 kota terselamatkan. 

Ada poin penting yang mengusik hati saya tentang kisah ini, dimana agama tidak menjadi permasalahan apapun dan tempat ibadah bukan menjadi tempat eksklusif milik satu umat saja. Dikisah ini diceritakan di mana gedung gereja menjadi tempat upacara dan khan si muslim mengikutinya sehinnga tercipta suatu hubungan kekeluarggan yang begitu luar biasannya. Suatu hubungan yang tidak dipisahkan oleh suatu ras, agama, dan suku. Suatu hubungan yang membawa dampak luar biasa. 

Dan saya banyangkan betapa Indahnya bila umat kristen bisa bermain di masjid, vihara, pura, dan juga sebaliknya dengan agama lain. Di mana agama dan gedung suatu agama tidak menjadi tempat yang "sakral" dan tertutup. Di mana agama, ras, dan suku tidak menjadi jurang pemisah satu sama lain, di mana hanya ada satu kebersamaan untuk membangun bangsa ini secara bersama-sama. Karena saya yakin bahwa Tuhan tidak akan sebodoh itu menciptakan satu agama yang paling benar. Tuhan bukan pribadi yang beragama, karena tidak ada dalam alkitab yang saya baca bahwa Tuhan memperkenalkan diriNya sebagai pribadi beragama kristen. Entah kalau kitab lain, karena saya hanya pernah membaca sekilas tentang alqurn dan kitab budha. Hanya sekilas di saat mengisi waktu senggang di hotel yang kadang menyediakan banyak versi kitab. 

Satu sifat Tuhan yang begitu luar biasa bagi saya adalah KASIH. Jadi tanpa kasih, sia-sia kita beribadah, sia-sia kita hidup dalam gedung gereja, sia-sia kita teriak-teriak Tuhan, sia-sia kita debat sana sini tentang siapa Tuhan, sia-sia kita rajin mengikuti kegiatan keagamaan, sia-sia kita teriak-teriak bahwa kita mengenal Tuhan. Tanpa kasih semua sia-sia. Alkitab saya mencatat dalam 1 korintus 13 bahwa (menurut versi saya yang saya singkat dan pertajam) "Sekalipun saya bisa berkata-kata semua bahasa di dunia, saya bisa paham bahasa malaikat, bernubuat, iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, kehidupan agama yang super hebat, bahkan menjadi orang paling pandai dan tahu segala rahasia Allah, tapi tanpa kasih semua sia-sia dan tidak berguna. Segala sesuatu akan lenyap hingga tinggal iman, pengharapan, dan kasih. Kasih mempunyai porsi terbesar di dalamnya. 

JADI, TANPA KASIH PERCUMA MAU BERKATA APA SAJA, KARENA KASIH SELALU TERLIHAT NYATA DALAM TINDAKAN SEHARI-HARI. SEBERAPA BESAR KITA MENGENAL TUHAN DIUKUR SEBERAPA BESAR KASIH YANG KITA PUNYA. KALAU AGAMAMU MENGHALANGIMU BERBUAT KASIH, BUANG JAUH-JAUH KARENA ITU SIA-SIA. KALAU GEDUNG TEMPAT IBADAHMU MENGHALANGIMU BERBUAT KASIH, RUBUHKAN SAJA ITU GEDUNG, KARENA ITU SIA-SIA BAGI TUHAN. KALAU IBADAHMU TIDAK BISA MEMBUATMU BERBUAT KASIH, LUPAKAN CARA IBADAHMU DAN BUANG JAUH-JAUH KARENA ITU SIA-SIA BAGI TUHAN. 
APAPUN YANG KITA PERBUAT, BILA TIDAK BISA MENGHIDUPAK KASIH ITU, BUANG JAUH-JAUH, KARENA ITU SEMUA SIA-SIA DAN TIDAK BERGUNA, WALAUPU PEMBELAAN DATANG DATI MULUTMU DAN BAHKAN PEMUKA AGAMA. BAGI TUHAN TAMPA KASIH SEMUA SIA-SIA DAN TIDAK BERGUNA. 

TERAKHIR DARI SAYA, MARI BELAJAR SALING MENGASIHI TANPA MELIHAT APA AGAMAMU, APA SUKUMU, APA RASMU, DAN DARI MANA ASALMU, KARENA TUHAN HANYA PEDULI AKAN KASIHMU, BUKAN ASAL-USULMU, DAN APA AGAMAMU. TUHAN ADALAH KASIH, DAN KITA SEBAGAI UMAT TUHAN JUGA KASIH.

Semalat mengasihi untuk Indonesia yang lebih baik
Salam hangat dan damai, 


Laskar Banyuwangi. 

Tidak ada komentar: