Minggu, 08 Desember 2013

Suku, Agama, dan Ras dalam Pandangannya di kehidupan kekristenan

Salah satu hal yang mengisi otak saya adalah sebuah produk yang selalu dihasilkan oleh sebuah kepentingan penjajah, yaitu sistem adu domba dengan mengangkat isu suku, agama, dan ras (sara) yang menjelma menjadi menjadi suatu nama yang disebut minoritas dan mayoritas. Mungkin bagi banyak orang menganggap hal teresebut kurang menarik, membosankan, dan juga tabu, tapi bagi saya hal tersebut menjadi hal yang menarik untuk dipelajari, dipikirkan, dan direnungkan. Ya, sadar atau tidak sadar, percaya atau tidak percaya, kehidupan masyarakat di indonesia dan bahkan dunia menganggap hal ini sebuah topik yang sesitif dan merupakan cikal bakal banyaknya perang, permusuhan, pembunuhan bahkan dimanfaatkan untuk kepentingan banyak pihak demi suatu tujuan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia dan terutama di Indonesia tidak akan mungkin terdiri dari satu suku, satu agama, dan juga satu rasa. Salah satu kekayaan dunia dan Indonesia terwakili dari banyaknya suku, agama, dan ras. Hmmm.. Lupakan dunia kita fokus kepada bangsa sendiri yang notabene adalah satu-satunya negara di dunia yang mempunyai kekayaan tersebut. Ya, suku, agama, dan ras adalah salah satu kekayaan yang menandakan bahwa indonesia adalah negara dengan konsep terbaik di dunia ini. Perkataan saya dapat dibuktikan dari awal mula pembentukan negara indonesia dengan suatu dasar negara yang begitu ajaib dan hebat yang disebut pancasila dengan slogan klasik dan bermakna luar biasa, Bhinneka Tunggal Ika. Menurutmbuku yang saya baca (Tembak Sukarno Rugi 30 Sen),  konsep ini muncul karena perenungan dan diskusi dari seorang bapak bangsa bernama Sukarno dimasa pembuangan yang beliau alami selama di ende dan lampung. Sukarno bertemu bukan hanya suku jawa, bukan hanya suku ende, bukan hanya dengan orang muslim, tidak hanya dengan orang katolik, tapi banyak dari orang yang menjadi lawan diskusi yang membuat sukarno paham arti kekayaan yang ada tersebut.

Selain itu juga perjuangan dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman luar dan dalam sendiri tidak lepas dari peran serta semua suku dan semua agama yang ada di bumi pertiwi ini yang di mana sangat jelas terwujud dalam suatu kegerakan nyata sumpah pemuda dengan satu perjuangan untuk memperjuangkan satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air yaitu Indonesia.

Bukti sejarah dengan sangat kuat menjelaskan bahwa muncul suatu kekuatan besar yang membuat negara superpower menjadi sangat ketakutan pada waktu itu dengan sebuah istilah pemersatu perbedaan tersebut.

Dari sisi sejarah sudah sangat jelas, sekarang saya mencoba membahasnya dari sudut pandang saya sebagai murid Kristus tentang hal ini. Biar tidak dibilang sesat, saatnya membuka ayat sebagai dasar untuk melandasi hal ini. Roma 9:2-3

Bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.
Dari ayat di atas saya merasakan ada sesuatu hal yang membuat Paulus sangat bersedih dan berdukacita yaitu saudara sebangsanya secara jasmani dan yang membuat aneh adalah kesediaan Paulus untuk terpisah dari Kristus demi mereka. Ya memang aneh menurut konsep agama kristen yang dimana Kristus menjadi pusat segalanya di satu sisi Paulus dengan mantap berkata rela terpisah dari Kristus demi kaum sebangsanya. Dalam ayat Kisah rasul 10:34-35 akan sedikit lebih menjelaskan alasan paulus melakukan hal ini.

Lalu mulailah Petrus berbicara, karanya:"sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya. 

Pada dasarnya memang Tuhan tidak pernah membeda-bedakan orang, tapi apa hubungannya dengan perkataan paulus dengan petrus ini? Apa kaitannya tidak membedakan manusia dengan rela terkutuk dengan Kristus?

Karena tidak membedakan orang itulah muncul suatu titah amanat agung yang tertulis dalam matius 28:19 "karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu......." Yesus dengan sangat jelas mengatakan semua bangsa dijadikan murid tanpa ada perbedaan. Semua bangsa berarti dengan kata lain tidak ada satupun bangsa di dunia yang terlewatkan. Sebuah amanat agung tidak mungkin tidak mempuyai dasar, dan menurut saya dasar dari amanat agung tersebut ada di dalam yohanes 3:16.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Sudah jelas bagi saya alasan Paulus berani berkata rela terkutuk dari Kristus dengan dasar bahwa Hati Yesus selalu tertuju pada pribadi manusia sehinnga saya menangkap kesan bahwa Paulus sedang menatang Tuhan seperti ini "mestipun tanpa Kau perintahpun aku akan melakukan demi bangsaku" sehingga menggerakkan Yesus untuk tidak bisa menolak apa apa yang sedang paulus lakukan untuk bangsanya dan juga paulus sedang memberi sebuah teladan kepada murid-muridnya bahwa inilah yang sebenarnya Yesus inginkan.

Jadi, dapat saya katakan bahwa kasus suku, agama, dan ras bukan menjadi penghalang dan sesuatu yang buruk karena Yesus pada dasarnya tidak pernah mempertentangkan itu dan bahkan yang lebih keren lagi Yesus tidak pernah membedakan satu bangsa kepada bangsa lain. Kita sebagai murid Kristus mempermasalahkan hal itu dan membedakan orang karena alasan tersebut, pada dasarnya kita sedang melenceng dari panggilan kekristenan kita yang sejati yaitu pergi jadikan semua bangsa murid Kristus. Kita sedang dalam masalah yang membuat kita tidak akan pernah bisa sempurna seperti Kristus.


Tidak ada komentar: